Di dalam
maksim relevansi, dinyatakan bahwa agar terjalin kerja sama yang baik antara
penutur dan mitra tutur, masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi
yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan tersebut. Bertutur
dengan tidak memberikan kontribusi yang demikian dianggap tidak mematuhi dan
melanggar prinsip kerjasa sama. Perhatikan tuturan berikut :
(A). “Namun sebelum kau pergi, letakkanlah kata-kataku ini dalam
hati!”
(B). “Hamba bersedia, ya Dewa.”
Tuturan Indeksal :
Tuturan ini dituturkan oleh A kepada B dalam sebuah adegan
pewayangan.
Percakapan
diatas dikatakan mematuhi dan menepati maksim relevansi, karena jika dilihat
lebih dalam tuturan B merupakan tanggapan atas perintah A. Dengan kata lain,
tuturan tersebut mematuhi maksim relevansi dalam Prinsip Kerja Sama Grice.
Namun, untuk maksud-maksud tertentu seperti untuk menunjukkan kesantunan
tuturan, ketentuan yang ada pada maksim relevansi sering dilanggar oleh
penutur.
Perhatikan contoh berikut ;
Direktur : “Bawa
sini semua berkasnya akan saya tanda tangani dulu!”
Sekretari : “Maaf Bu,
kasihan sekali nenek tua itu.”
Informasi Indeksal :
Dituturkan oleh Direktur kepada sekretarisnya pada saat mereka
bersama-sama bekerja di ruang kerja direktur. Pada saat itu, ada seorang nenek
tua yang sudah menunggu lama.
Tuturan
sekretaris terlihat tidak memiliki relevansi dengan apa yang diperintahkan sang
Direktur. Ini merupakan bukti bahwa maksim relevansi dalam prinsip kerja sama
tidak selalu harus dipenuhi dan dipatuhi dalam pertuturan sesungguhnya. Hal ini
khusus dilakukan jika tuturan itu dimaksudkan untuk mengungkapkan maksud
tertentu yang sifatnya khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar