Blogger Widgets

Kamis, 12 Desember 2013

Gaya Bahasa Retoris ( Part III )

n. Perifrasis
Gaya bahasa yang menggunakan kata yang lebih banyak dari yang diperlukan namun kata yang berlebihan tersebut dapat diganti dengan satu kata saja.
Contoh :
Ia telah beristirahat dengan dami. (=mati) 
o. Prolepsis
Merupakan gaya bahasa dimana orang menggunakan sebuah kata sebelum gagasan yang sebenarnya terjadi.
Contoh :
Kedua orang itu bersama calon pembunuhnyasegera meninggalkan tempat itu. 
p. Erotesis
Erotesis merupakan pertanyaan yang digunakan dalam pidato atau teks dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan secara wajar, serta tidak menghendaki adnya suatu jawaban.
Contoh :
Rakyatkah yang harus menanggung akibat dari semua korupsi dan manipulasi di negara ini? 
q. Silepsis dan Zeugma
Gaya bahasa dimana orang menggunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubugkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya memiliki hubungan dengan kata yang pertama.
Contoh :
Ia sudah kehiangan topi dan semangatnya.
Konstruksi lengkapnya adalah kehilangan topi dan kehilangan semangat. Yang satu bermakna denotasi dan yang lain kiasan. Dalam zeugma, kata yang dipakai untuk membawahi kata kedua berikutnya hanya sesuai untuk salah satu daripadanya.
Contoh :
Dengan membelalakkan mata dan telinganya, ia mengusir orang itu. 
r. Koreksio atau Epanortosis
Adalah gaya bahasa yang diawal menegaskan sesuatu kemudian memperbaikinya.
Contoh :
Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali. 
s. Hiperbol
Merupakan gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan memperbesar kecilkan sesuatu.
Contoh :
Kemarahanku sudah menadi-jadi hingga hampir-hampir meledak aku. 
t. Paradoks
Paradoks adalah suatu macam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh :
Musuh sering merupakan kawan yang akrab. 
u. Oksimoron
Merupakan suatu gaya bahasa yang berusaha menghubungkan kata-kata untuk mencapai efek bertentangan. Bersifat lebih tajam diandingkan dengan paradoks.
Contoh :
Keramah-tamahan yang bengis.
Untuk menjadi manis, seseorang harus menjadi kasar. (end)

Tidak ada komentar: